Rabu, 29 Desember 2010

Kemana Mbah Marijan?

Bismillah

Gunung Merapi yang selama ini terdiam, kini memuntahkan debu-debu vulkanik dan lahar-lahar beracun beserta zat lain yang berbahaya. Merapi telah meluluhlantahkan harta benda manusia Jogja, menelan banyak korban nyawa, mengacaukan segala kegiatan yang semula terencana. Akhirnya banyak orang yang menjadi yatim, janda, duda, jatuh melarat.

Makhluk Allah -Azza wa Jalla- yang satu ini telah menumbangkan kesombongan Mbah Marijan dan kebatilan sangkaannya sebagai “Juru Kunci Merapi”. Sudah menjadi hikmah di sisi Allah, orang yang menampakkan kesombongannya, maka Allah akan mencampakkannya dalam keadaan hina dina, entah di dunia atau di akhirat.

Ketika Mbah Marijan semakin menampakkan kesombongannya di tahun 2006M melalui prediksi dan reka-rekanya bahwa Merapi belum meletus, sementara pemerintah setempat telah memperkirakan sebaliknya berdasarkan fakta dan riset ilmiah, maka banyak masyarakat yang menuhankan Mbah Marijan, dan lebih percaya bahwa ia adalah Juru Kunci Merapi yang dapat membaca dan mengatur keganasan makhluk itu. Mengapa mereka membenarkannya?! Karena, rekaan Mbah Marijan kebetulan benar. Padahal semua itu adalah kembali kepada taqdir (ketentuan) Allah. Allah yang menentukannya!!

Para pembaca yang budiman, semua itu Allah taqdirkan demikian untuk menguji dan menyaring antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang tidak beriman alias musyrik. Pernyataan Mbah Marijan saat itu benar, karena kebetulan saja sesuai dengan takdir di sisi Allah, bukan karena ia memiliki ilmu yang dapat mengetahui dan mengatur kondisi Gunung Merapi.

Tapi apa itu benar? Tentu saja tidak!! Ketika Merapi meletus di tahun ini, maka tak ada seorang makhluk pun yang mampu menahan musibah yang Allah -Azza wa Jalla- tetapkan. Lalu kemanakah Mbah Marijan ‘Sang Juru Kunci’ saat merapi memuntahkan lahar, belerang, dan zat-zat vulkanik lainnya??! Ternyata sang Juru Kunci telah mampus dan tak berdaya lagi. Semua tragedy ini telah membungkam mulut para pengagung Mbah Marijan, menghancurkan segala pikiran batil mereka tentang sang Juru Kunci, dan menyadarkan mereka bahwa segala musibah ada di Tangan Allah Robbul alamin. Jika musibah itu datang, maka tak ada yang mampu mencegahnya, kecuali Allah -Azza wa Jalla-. Adapun Mbah Marijan dan semodelnya, maka ia hanyalah ibarat semut yang tidak berdaya di hadapan musibah yang Allah turunkan. Selayaknya ia hanya berdoa memohon kepada Allah -Azza wa Jalla- keselamatan dari bahaya letusan Merapi, bukan menobatkan dirinya pengatur Merapi. Sebab itu bukanlah jabatannya dari Allah. Para malaikat saja tak mampu mengatur alam semesta, tanpa seijin Allah -Azza wa Jalla-. Nah, lantas kenapa Mbah Marijan yang amat lemah dan amat hina, tiba-tiba menobatkan dirinya seperti tuhan yang mampu mengatur Allah semesta (dalam hal ini Merapi)? Sungguh suatu hal yang aneh lagi mungkar!!


* Penyimpangan Tauhid Rububiyyah

Para pembaca yang budiman, beriman kepada Allah tak mungkin akan sempurna, kecuali men-tauhid-kan (mengesakan) Allah dalam tiga perkara: Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asmaa’ wash Shifaat (nama-nama dan sifat Allah).

Seorang yang mengesakan Allah dalam RUBUBIYYAH-nya, ia mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang khusus bagi Allah. Tak ada yang mampu melakukan perbuatan-perbuatan itu, selain Allah -Azza wa Jalla- , seperti: al-kholqu (mencipta), ar-rizqu (memberi rezki), at-tadbir (mengatur alam semesta), al-imaatah (mematikan), al-ihyaa’ (menghidupkan), an-naf’u wadh dhurru (memberi manfaat dan madhorot), dan lainnya.

Seorang yang men-tauhid-kan (mengesakan) Allah dalam perkara ULUHIYYAH (penyembahan), ia akan mengesakan Allah dalam penyembahan dan peribadahan kepada-Nya. Dia tak akan mengarahkan ibadahnya kepada makhluk, baik itu nabi, malaikat atau yang lainnya. [Lihat Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (hal. 8) oleh Syaikh Muhammad Al-Khumayyis]

Seorang yang men-tauhid-kan Allah dalam nama dan sifat-sifat-Nya, ia akan meyakini bahwa tak ada makhluk yang memiliki nama atau sifat yang menyerupai nama atau sifat Allah sedikitpun

Jika kita melihat dan memperhatikan kehidupan Mbah Marijan , maka ia keliru dalam tiga dalam perkara ini. Dia telah berbuat syirik (menyekutukan) Allah dengan para makhluk.

Lihatlah dalam perkara rububiyyah, ia telah menobatkan dirinya sebagai “Juru Kunci Merapi” yang mampu mengatur Merapi. Menurutnya, dia yang menentukan meletus tidaknya Merapi. Dia menyangka bahwa dirinya mampu mengatur alam semesta (dalam hal ini Merapi). Padahal tak ada yang mampu mengatur urusan alam semesta, semuanya ada di Tangan Allah -Azza wa Jalla-. Allah -Ta’ala- berfirman,

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”.(QS. As-Sajdah : 5)

Allah -Ta’ala- berfirman dalam (QS. Asy-Syuuro: 12),

“Kepunyaan-Nya-lah kunci-kunci langit dan bumi. Dia melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.

Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Allah yang mengatur alam semesta (langit dan dunia). Dia-lah yang menentukan hasil dan akibat setiap makhluk-Nya, sebab Dia-lah yang menciptakannya, bukan makhluk yang menciptakannya!! [Lihat Fathul Qodir (3/344) oleh Al-Imam Asy-Syaukaniy]

Kemaslahatan hamba yang berkaitan dengan dunia dan akhiratnya, semuanya ada dalam pengaturan Allah. Musibah dan keburukan yang menimpa sebagian hamba-Nya, semuanya dalam pengaturan Allah. Makhluk tak memiliki campur tangan di dalamnya!!

Dari sini anda mengetahui kesalahan fatal Mbah Marijanyang melantik dirinya sebagai sang Pengatur Merapi. Sungguh ini adalah kelancangan kepada Allah Sang Pencipta!! Kesalahan fatal ini tak pernah dilakukan oleh kaum kafir Quraisy, sebab mereka tak pernah mengaku bahwa sesembahan batil mereka mampu mengatur alam semesta (misalnya, gunung). Dengarkan pengakuan mereka dalam Al-Qur’an (QS. Yunus : 31),

“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup[ dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"

Perhatikan saat mereka ditanya tentang siapa yang mengatur urusan alam semesta, maka mereka mengembalikannya kepada Allah, bukan kepada sembahan-sembahan batil mereka. Adapun sebagian manusia jahil hari ini, maka mereka mengembalikan pengaturan alam semesta kepada Mbah Marijan. Subhanallah, ini adalah kebodohan dalam berpikir, lebih bodoh dibandingkan kaum kafir Quraisy.


* Penyimpangan dalam Tauhid Uluhiyyah

Kesalahan fatal lainnya yang dilakukan oleh Mbah Marijan, ia sering memimpin ritual-ritual syirik yang diadakan disekitar Gunung Merapi, berupa ritual dan ibadah penyembelihan dan persembahan hewan ternak atau yang lainnya kepada selain Allah, berdoa kepada para penguasa Merapi yang ia yakini dari kalangan setan-setan Merapi.

Berdoa kepada selain Allah dan menyembelih untuk selain Allah dari kalangan makhluk (seperti, malaikat, manusia atau jin) merupakan kemusyrikanterbesar di sisi Allah -Azza wa Jalla-!!! Karenanya, Allah -Ta'ala- berfirman,

“Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”.(QS. Al-Jin : 18)

Al-Imam Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Allah -Ta'ala- berfirman dalam memerintahkan para hamba-Nya agar mengesakan Allah dalam perkara-perkara ibadah. Tak boleh seorang makhluk pun diseru (dimohon) bersama-Nya dan tak boleh pula dipersekutukan bersama Allah sebagaimana kata Qotadah tentang firman Allah (lalu beliau menyebutkan ayat di atas), “Dulu orang-orang Yahudi dan Nashoro, jika mereka masuk ke dalam gereja-gereja dan tempat ibadah mereka, maka mereka menyekutukan Allah (berbuat syirik). Lantaran itu, Allah memerintahkan Nabi-Nya -Shallallahu alaihi wa sallam- untuk men-tauhid-kan Allah (mengesakan-Nya)”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (8/244)]

Seorang muslim dilarang keras berdoa dan berlindung kepada makhluk, baik itu berupa malaikat, manusia, jin dan lainnya, sebab ini adalah kesyirikan ‘menyekutukan Allah’ yang telah menjadi symbol pembeda antara penganut agama paganisme (penyembah berhala) dengan penganut agama tauhid ‘agama Islam’. Agama paganisme mengajak kepada penyembahan makhluk, sedang Islam menentangnya dengan keras, dan tak mau menyembah sembahan apapun, kecuali Allah saja!!

Oleh karenanya, perbuatan dan ritual ibadah yang digandrungi Mbah Marijan (berupa persembahan kepada selain Allah, meminta pertolongan kepada para makhluk halus, takut dan berharap kepada mereka), semua itu bukanlah bagian Islam, bahkan ia adalah ajaran paganisme yang bersumber ajaran Hindu-Buddha, animisme, dan kejawen. Adapun dalam Islam, maka semua bentuk ibadah seperti itu, tak boleh kita berikan dan persembahkan, kecuali untuk Allah, Pemilik dan Pencipta alam semesta.

Allah -Ta’ala- memerintahkan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- demi menyelisihi kaum musyrikin paganisme yang gandrung menyembelih untuk sesembahan mereka yang batil,

“Katakanlah: “Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.(QS. Al-An’aam: 162)

Seorang yang menyembelih dan mengorbankan sesuatu untuk makhluk halus atau kasar akan terkena laknat dari Allah -Ta’ala-. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ

“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”. [HR. Muslim Al-Kitab Adhohiy (no. 1178), dan An-Nasa’iy dalam Kitab Adh-Dhohayaa (7/232)]

Syaikh Isma’il bin Abdil Ghoniy Ad-Dahlawiy -rahimahullah- berkata,“Sungguh hadits ini menunjukkan bahwa menyembelih untuk selain Allah termasuk amalan (ibadah) yang Allah khususkan untuk mengagungkan diri-Nya. Barangsiapa yang menyembelih untuk selain Allah, maka sungguh ia telah berbuat syirik (menyekutukan Allah)”.[Lihat Risalah At-Tauhid (hal. 117)]

Para pembaca yang budiman, menyembelih untuk selain Allah termasuk dosa syirik yang bisa menyebabkan seorang muslim keluar dari agama-Nya. Jadi, Mbah Marijan yang begini pekerjaan dan kelakuannya telah melakukan pelanggaran besar di sisi Allah. Adapun matinya Mbah Marijan dalam posisi sujud, maka itu tak boleh dijadikan argument bahwa ia mati istiqomah alias mati baik ‘husnul khotimah’, dengan beberapa alasan:

* Konon kabarnya, dia bersujud ke arah selatan
* Tak ada bukti kongkrit bahwa ia bertobat. Kalaupun ia tobat, maka tobatnya bukan lagi pada waktunya, sebab ia telah berada di ambang kematian, sedang tobat seperti ini tak diterima lagi.
* Mbah Marijan bersujud usai sholat Ashar, dan berada antara kamar mandi dan dapur. Lantas sujud apakah itu?
* Mungkin saja ia tak bersujud pada hakikatnya, tapi ia jatuh tersungkur.
* Anggaplah ia bersujud dan mati dalam keadaan sholat, tapi perlu diketahui bahwa kaum musyrikin Quraisy juga sholat. Namun sholat mereka tak berguna, karena mereka berbuat syirik.
* Detik-detik terakhir sebelum meletusnya Merapi, Mbah Marijan masih bersikeras dengan sikap dan posisi kesombongannya sebagai KUNCEN ‘Juru Kunci Merapi’.
* Dia diperintah turun saat musibah dekat, tapi ia nekad. Ini jelas bunuh diri!!

Dengan beberapa argument tersebut, dan yang lainnya, maka para pengagung dan simpatisan si Mbah Marijan tak boleh merasa bangga dan bergembira dengan kematiannya, lalu menyatakan bahwa ia mati husnul khotimah. Bahkan kita khawatirkan ia mati kafir, sebab kesyirikannya!!

Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid edisi 183 Tahun III. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel.

Link sumber : http://almakassari.com/artikel-islam/aqidah/kemana-mbah-marijan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar