Kami telah menyebutkan sebuah pembahasan ringkas tentang bukti ciptaan Allah atas keesaan-Nya, sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan-Nya, serta nama-nama-Nya (asmaaul husna). Kami ingin menutup bagian pertama dari kitab ini dengannya. Kemudian kami memandang perlu menyebutkan setelah itu sebuah pembahasan tentang dalalah agama dan syariat-Nya atas keesaan, ilmu, hikmah, dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang lain. Sebab, ini adalah ilmu paling mulia yang diperoleh seorang hamba di dunia ini dan yang akan dibawanya ke negeri akhirat.
Sebenarnya kami tidak layak melakukannya. Sebab, ilmu tentang hal ini yang digambarkan orang-orang dan terjangkau oleh pengetahuan mereka hanyalah seperti seorang yang mencelupkan jarinya ke laut lalu mencabutnya lagi. Lalu dia mengatakan bahwa laut adalah sekedar air yang membasahi jarinya tersebut—padahal betapa jauh setetes air di jarinya itu jika dibanding dengan luasnya laut. Sehingga, orang yang mendengar mengira bahwa perkataannya itu tentang keseluruhan laut, padahal cuma tentang setetes air yang menempel di jarinya.
Sesungguhnya ilmu tentang hal ini sangat agung dan luas. Akal manusia tidak sanggup mencakup satu bagian terkecil pun darinya. Bagaimana orang yang memandang ke bola matahari dengan sinarnya, ukurannya, keindahannya, dan keajaiban kreasi Allah Ta’ala akan bisa menggambarkan keberadaan-Nya? Namun, Allah Ta’ala meridhai seorang hamba bila mereka memuji-Nya, mengingat karunia, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, hikmah dan keagungan-Nya, padahal tidak ada pujian yang mencukupi untuk segala karunia-Nya. Tidak ada makhluk yang dapat memuji-Nya secara pas dengan yang seharusnya, atau menggambarkan kitab dan agama-Nya selayaknya. Bahkan, tidak ada seorang pun yang dapat memuji Rasul-Nya dengan pujian yang seharusnya dilekatkan pada beliau. Keutamaan beliau jauh melebihi pujian mereka. Meski demikian, Allah Ta’ala suka hamba-Nya memuji-Nya, memuji kitab, agama, dan Rasul-Nya.
Ini adalah pendahuluan i’tidzar (permohonan maaf) atas kekurangan saya yang sedang mengarungi laut yang maha luas ini. Allah SWT Maha Mengetahui maksud hamba-hamba-Nya. Dan, Dia sangat patut memafkan.
Miftah Ad Dar As Sa’adah – Ibnul Qoyyim Al Jauziyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar