Minggu, 09 Januari 2011

Perih Itu Akhirnya Bahagia

By: M. Agus Syafii

Pengakuan seorang laki-laki yang terpaksa bercerai dari istrinya, kerepotan mengurus anak yang masih balita dan kesibukan mencari nafkah membuat hidupnya menjadi tidak terurus dan terbengkalai. Rasa bersalah dan kesepian serta kekacauan hidupnya setelah kehilangan, membuat ia melupakan harga dirinya, berkali-kali ia memohon kepada istri dan anaknya untuk kembali namun semua sudah tidak sanggup lagi bisa disatukan. Janji dan niat baik untuk memperbaiki diri tidak dapat dilaksanakan, apa lagi keadaan lebih parah dari sebelumnya. Akhirnya mereka berpisah dan hidupnya menjadi hancur, hatinya perih terluka. Airmata mengalir begitu saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Ia bersama kakaknya hadir ke Rumah Amalia. Kami berdoa bersama dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Sejak itu ia mendapat ketenangan dan hidupnya menjadi lebih teratur karena merasakan bahwa perih luka dihatinya adalah wujud kasih sayang Allah kepada dirinya. Perjalanan hidup terus berlanjut sampai mengenal seorang gadis yang kemudian menjadi istri dan ibu dari sang buah hatinya. Ia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangga yang kedua karena pengalaman masa lalu telah membuatnya lebih dewasa dan bijak setiap menghadapi masalah dan perbedaan. Istrinya juga merawat dan menyayangi anak tirinya sebagaimana anaknya sendiri, keduanya saling mencintai dan saling mengerti dan menerima apa adanya.

Kenangan atas mantan istrinya terkadang masih menyisakan rasa perih dihati namun sama sekali tidak mengganggu dirinya dan keluarganya. Mantan istrinya masih sering datang meminta bantuan bagi anaknya yang ikut dengan dia. Istrinya sama sekali tidak marah ataupun cemburu bahkan malah menganjurkan agar memberikan sebagian rizkinya untuk diberikan kepada mantan istri & anaknya. Hubungan istri dan mantan istrinya juga anak2nya sangat baik, ketika diantara mereka ada yang sakit, mereka saling menjaga dan merawat. Mereka sudah menjadi seperti satu keluarga dengan kasih sayang yang berlimpah.

'Alhamdulillah. terima kasih Ya Allah atas karuniaMu kepada kami dan keluarga kami,' tuturnya malam itu di Rumah Amalia. Kehidupannya menjadi indah karena kebencian telah berubah menjadi saling mengasihi. Perih itu akhirnya bahagia.

--
'Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya pasti Kami akan memberikan tempat yang indah kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar kalau mereka mengetahui, yaitu orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal.' (QS. an-Nahl : 41-42).

Wassalam,
M. Agus Syafii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar