Selasa, 23 November 2010

Faedah Ayat, Hadits, Atsar dari Kitab Tauhid (Bab IX)

Bab IX Tabaruk (mengharap/Ngalap berkah) kepada Pohon, Batu dan Semisalnya.

I. Allah عَزَّ وَجَلَّ Berfirman :
أَفَرَأَيْتُمُ اللاتَ وَالْعُزَّى. وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأخْرَى. أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى. تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى. إِنْ هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى.
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.” Qs. An-Najm:19-23

Faedah-Faedah dari Ayat :
1.Tabaruk kepada bebatuan dan pepohonan dan selainnya adalah kesyirikan.

2. Disyariatkannya mendebat kaum musyrikin untuk mematahkan kesyirikan dan menegakkan tauhid.

3. Sebuah hukum tidaklah ditetapkan kecuali adanya dalil dari kitab yang diturunkan Allah, tidak boleh dari sekedar sangkaan dan nafsu.

4. Allah Ta’ala telah menegakkan hujjah melalui Rasul yang diutus dan kitab-kitab yang diturunkan.

5. Wajibnya memahasucikan Allah عَزَّ وَجَلَّ dari memiliki anak lelaki dan perempuan.

6. Rusaknya fitrah kaum musyrikin, karena mereka menjadikan anak perepmpuan bagi Allah عَزَّ وَجَلَّ padahal mereka sendiri membenci anak perempuan, meskipun demikian mereka mengaku sebagai orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah عَزَّ وَجَلَّ.

II. Hadits Abi Waqid Al Laitsy رَضِيَ اللَّهُ عَنْه :
عن أبي واقد الليثي، قال: خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى حنين ونحن حدثاء عهد بكفر، وللمشركين سدرة يعكفون عندها وينوطون بها أسلحتهم، يقال لها: ذات أنواط، فمررنا بسدرة فقلنا: يا رسول الله أجعل لنا ذات أنواط كما لهم ذات أنواط فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (الله أكبر! إنها السنن، قلتم ـ والذي نفسي بيده ـ كما قالت بنو إسرائيل لموسى: (اجعل لنا إلهاً كما لهم آلهة قال إنكم قوم تجهلون) (لتركبن سنن من كان قبلكم). [رواه الترمذي وصححه]
“Kami keluar bersama Rasulullah صَلَى اللَّه عَلَيْه وَ سَلَّم ke Hunain. Saat itu baru saja meninggalkan kekufuran (baru masuk islam) sedangkan kaum musyrikin mempunyai sebuah pohon bidara yang mereka beribadah disisinya dan menggantungkan pedang-pedang mereka padanya. Pohon itu disebut ‘Dzatu Anwath’. Suatu saat kami melewati sebuah pohon bidara, maka kamipun spontan berakata :’Ya Rasulullah buatkanlah kami Dzatu Anwath, sebagaimana mereka mempunyai Dzatu Anwath!’ maka Rasulullah bersabda : ‘Allahu Akbar! Sungguh inilah tradisi (orang-orang sebelum kalian), Demi Allah yang jiwaku berada di Tangan Nya, sungguh kalian telah mengatakan suatu perkataan seperti ucapan Bani Israil kepada Musa, ‘Buatkanlah kami sesembahan sebagaimana mereka mempunyai beberapa sesembahan.’(Qs Al-A’raaf:138) sesungguhnya kalian akan benar-benar mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian.” Hr Tirmidzi beliau berkata Shahih.
Hr. Tirmidzi (2180) dalam kitabul Fitan dan Imam Ahmad dalam Al Musnad (5/218)


Faedah-Faedah dari hadits :
1. Bertabaruk kepada pepohonan adalah syirik, demikian bertabaruk kepada batu dan semisalnya.

2. Seorang yang telah berpindah dari suatu kebathilan selama ini menjadi kebiasaannya tidak aman bahwa dia dalam hatinya ada sisa kebiasaan itu.

3. Sebab peribadatan ialah penganggungan terhadapny, beribadah disisinya, dan bertabaruk kepadanya.

4. Terakdang seseorang memandang baik sesuatu yang dia anggap bisa mendekatkan diri kepada Allah padahal sebenarnya menjauhkan dia dari Allah عَزَّ وَجَلَّ.

5. Seharusnya setiap muslim bertasbih dan bertakbir jika mendengar kalimat yang tidak sepatutnya untuk diucapkan dalam urusan dien/agama dan ketika terheran.

6. Pemberitahuan Rasulullah صَلَى اللَّه عَلَيْه وَ سَلَّم tentang akan terjadinya syirik dalam umat ini. Dan sungguh kesyirikan itu telah terjadi.

7. Adanya bukti/ tanda kenabian beliau صَلَى اللَّه عَلَيْه وَ سَلَّم, dimana kesyirikan terjadi ditubuh umat sebagaimana yang telah beliau kabarkan.

8. Larangan menyerupakan diri dengan orang-orang jahiliyyah, yahudi dan nasrani kecuali ada dalil yang menunjukkan bahwa itu termasuk ajaran dien kita sendiri.

9. Bahwasanya Umat Islam akan meniru gaya Yahudi dan Nasrani.

10. Yang menjadi tolok ukur dalam hukum ialah makna (hakikat sesuatu) dan bukannya sebab Nabi صَلَى اللَّه عَلَيْه وَ سَلَّم menyamakan (hakekat) permintaan mereka dengan (hakekat) permintaan Bani Israil tanpa Nabi صَلَى اللَّه عَلَيْه وَ سَلَّم menoleh bahwa mereka menamakannya dengan dzatu anwath

11. Dianjurkan menjelaskan sesuatu yang penting agar dapat mencegah terjadinya ghibah, dimana dalam hadits diatas Abu Waqid berkata “Saat itu baru saja meninggalkan kekufuran...”

12. I’tikaq (berdiam disuatu tempat) termasuk jenis ibadah.

13. Seseorang dimaafkan dari kesalahan akibat ketidaktahuannya selama ia segera mengubahnya setelah datang penjelasan.

14. Wajibnya menutup wasilah (sarana) yang dapat mengantarkan kepada pelanggaran syariat.

15. Bolehnya bersumpah meskipun tidak diminta jika ada maslahat.

16. Seluruh perkara yang merupakan celaan keoada Yahudi dan Nasrani merupakan peringatan bagi Umat Islam.

Kaitan hadits dengan bab ini.
Hadits ini merupakan dalil bahwa menjadokan pohon sebagai temapt mencari berkah dgn menetap disana merupakan perbuatan syirik. Termasuk pula didalamnya seluruh benda yang dipakai untuk meminta berkah berupa pepohonan, bebatuan, kuburan dan lain-lain.

Wallahu a’lam
Ditulis dan dirangkum dari Kitab Al Fawaaid min Syarh Kitabut Tauhid Syaikh Shalih Ibnu fauzan Al Fauzandan Al Jaddid Fi Syarh Kitabut Tauhid Muhammad As-Sulaiman Al-Qarawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar